Semua berawal dari sebuah sore yang senyap Di hamparan sebuah Sawah yang mulai menguning, disitu terdapat warung yg telah reot tapi sangat ramai pengunjungnya, baik petani yang hanya sekedar melepas lelah dengan secangkir kopi panas, atau pengendara jarak jauh yang sengaja berteduh untuk menikmati pemandangan lembah ini. suasananya begitu teduh dan hangat.
Aku sudah rindu sahabat lamaku itu, sudah hampir satu semester ini kami melupakan tempat ini, dan telah ku rencanakan pertemuan ini jauh-jauh hari yang lalu, dialah "gie " sahabat cerdasku masa SMA. hamparan ini adalah salah satu tempat Ritual mimpi kami. semua selalu termulai dari gubuk tua ini, disitulah kami merencanakan sesuatu dan mengukir waktu. kebiasaan itulah yang membuat kami selalu rindu dengan gubuk ini....rasanya sudah lama tidak membicarakan rencana-rencana yang akan kami tempuh ke depan......di ujung sore yang mulai lelah karena sinarNya yang melemah, ku sandarkan tubuhku digedek sambil mendengarkan gemuruh air sawah yang mengalir begitu deras di sebelah timur gubuk ini,,rasanya tak sabar ingin mendengar gie menceritakan apa yang dia pendam sejak siang tadi, aku rindu perdebatan ini. ternyata masih canggung untuk mengawali kalimat yang harus aku pikirkan 10 x bila hendak bercerita dengan Dia, kalau tidak hati-hati bisa-bisa kata itu menjadi bumerang, karena pemikirannya sangat jauh kedepan melebihi kap mesin mobil Bmw seri 5 sekalipun... perdebatan dimulai "Kang (begitulah sapaan kami berdua) winggi aq sukses ngenekno acara Bursa Orang Muda (BOM) nok Ngalam, acaranya buat menyambut Maru, dapet pengalaman anyar buat dadi IO (even orgainiser)" .
jawabku "wah seru iku kang, piye-piye?". kami begitu menikmati moment-moment keindahan alam seperti ini, dengan secangkir kopi waktu berjalan terasa lambat......aku mengagumi tempat ini dan setelah kucermati ternyata gubuk ini didesain sangat indah oleh pemiliknya, di hadapanku terlihat ada sebuah pagar bambu yang dibuat secara acak dan sembarangan tapi sangat unik karena tingginya yang tak beraturan dan ada tangga masuk tentunya, di sebelah kanan tampak bangunan yang sama seperti yang sedang kami tempati tapi sedikit menjorok kebawah dan ada tangga kecil yang indah sebagai penghubung jalan, dimeja-meja pesan ada tiker yang mulai berlobang sangat kusut dan baunya menyuruh orang segera pergi setelah minum kopi, didaerah sekitarnya adalah hamparan sawah dan banyak sumber mata air yang dipergunakan petani untuk mengairi sawah hinga air itu bertemu dengan sungai, yang begitu jelas terlihat dari atas tempat kami menikmati.
meskipun tempat ini disebelah jalan Raya tetapi Jalan itu masih terlalu sepi,,, dan warung ini hanya buka sampai senja di telan bumi..... kuminum air degan yang telah kupesan dan rasanya kata orang surabaya "Suegere Rek", tiada tandingane dijamin yang habis mabok perjalanan, lagi keracunan makanan, atau bahkan yang lagi kesurupan amblas tanpa bekas.....begitulah kawan kami sering menikmati waktu sore........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar